Kabarjawa – Pendidikan inklusif telah menjadi kebutuhan mendesak di era modern, di mana kesetaraan akses bagi semua individu, termasuk penyandang disabilitas, menjadi perhatian utama. Di Indonesia, upaya untuk meningkatkan aksesibilitas pendidikan tinggi bagi penyandang disabilitas masih menghadapi tantangan besar. Berdasarkan data terbaru, hanya 1,99 persen dari total 4.523 perguruan tinggi di Indonesia yang secara resmi menerima mahasiswa disabilitas. UNU Yogyakarta hadir dengan inisiatif progresif untuk menjawab tantangan ini.
Fakta Penting tentang Pendidikan Tinggi dan Disabilitas di Indonesia
- Hanya 0,2 persen perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki pusat layanan disabilitas.
- Terdapat hanya delapan perguruan tinggi yang menyediakan platform penerimaan khusus bagi mahasiswa difabel.
- Data ini merupakan hasil riset yang dilakukan oleh Center for Gender Equality, Disability, and Social Inclusion (GEDSI) UNU Yogyakarta bersama University of the West of England (UWE), Inggris.
Komitmen UNU Yogyakarta sebagai Kampus Inklusif
Sebagai universitas yang baru berdiri selama delapan tahun, UNU Yogyakarta telah menunjukkan komitmen luar biasa dalam membangun lingkungan kampus yang inklusif. Upaya ini diwujudkan melalui pendirian Center for GEDSI, pembangunan fasilitas ramah difabel, dan kerja sama dengan University of the West of England serta British Council.
Ahmad Rafiq, Ketua Senat UNU Yogyakarta, menegaskan bahwa komitmen ini selaras dengan visi universitas untuk menjadi kampus berorientasi masa depan.
Semua inisiatif dirancang berbasis sains dan teknologi, dengan prinsip kebermanfaatan, memanusiakan manusia, dan memastikan tidak ada yang tertinggal (no one left behind).
Praktik Pendidikan Inklusif di Inggris sebagai Inspirasi
Dalam seminar internasional yang diselenggarakan di Kampus Terpadu UNU Yogyakarta, Tariq Umar dari University of the West of England memaparkan pengalaman Inggris dalam menerapkan pendidikan inklusif. Sebanyak 14 persen mahasiswa di Inggris adalah penyandang disabilitas. Praktik inklusif dilakukan melalui:
- Penyediaan layanan aksesibilitas, seperti pendampingan dan fasilitas ramah difabel.
- Penggunaan teknologi, seperti perangkat lunak khusus dan bahan pembelajaran inklusif.
- Pengembangan kurikulum inklusif yang proaktif.
Langkah Strategis UNU Yogyakarta untuk Mahasiswa Difabel
UNU Yogyakarta telah melakukan langkah konkret untuk mendukung mahasiswa difabel, di antaranya:
- Menyediakan jalur khusus dalam penerimaan mahasiswa baru (PMB) untuk penyandang disabilitas.
- Memberikan beasiswa khusus bagi mahasiswa difabel.
- Menerima tujuh mahasiswa difabel dengan berbagai jenis disabilitas, termasuk tuli, netra, dan daksa.
- Memiliki lebih dari 40 mahasiswa sukarelawan yang aktif mendampingi mahasiswa difabel dalam aktivitas akademik dan non-akademik.
Membangun Jejaring dan Rekomendasi Kebijakan
Direktur Center for GEDSI, Wiwin Rohmawati, menjelaskan bahwa program kolaborasi dengan UWE bertujuan untuk mengembangkan kebijakan dan praktik pendidikan tinggi yang inklusif. Upaya ini mencakup:
- Meninjau kebijakan aksesibilitas di Indonesia dan Inggris untuk mengidentifikasi kesenjangan.
- Membentuk jejaring antarunit layanan disabilitas di Indonesia.
- Meresmikan website Inclusive Higher Education sebagai platform informasi aksesibilitas pendidikan tinggi.
- Menyusun peta jalan untuk mengurangi kesenjangan akses dan memajukan pendidikan inklusif di Indonesia.
Langkah proaktif UNU Yogyakarta menunjukkan pentingnya komitmen institusi pendidikan dalam menciptakan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas.
Dengan berbagai inisiatif yang dilakukan, UNU Yogyakarta telah memberikan contoh nyata bagaimana pendidikan tinggi dapat menjadi lebih inklusif, memastikan bahwa setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai potensi penuh mereka.
Upaya ini tidak hanya berkontribusi pada diversitas dan inklusivitas, tetapi juga mencerminkan prinsip keberlanjutan pendidikan di masa depan.(Kabarjawa)