Kabarjawa – Sekolah Cikal Surabaya terus dikenal sebagai sekolah berbasis kompetensi yang mencetak generasi muda berbakat dengan nilai-nilai unggul. Melalui penerapan kurikulum khas dan pendekatan belajar inovatif, sekolah ini berhasil menciptakan inovator muda di berbagai bidang, termasuk Matematika. Prestasi terbaru mereka adalah pencapaian dua siswa dalam ajang Lomba Peneliti Pelajar Surabaya 2024 berkat inovasi mereka, Math Mortal Combat.
Sebagai sekolah nasional swasta berakreditasi A untuk jenjang SMP dan SMA, Sekolah Cikal Surabaya mengadopsi metode pembelajaran yang berfokus pada pengembangan karakter dan kompetensi siswa. Pendekatan ini dirangkum dalam konsep 5Cs yang diterapkan secara holistik.
Berikut adalah penjelasan mendalam mengenai pendekatan belajar 5Cs di Sekolah Cikal Surabaya.
1. Memanusiakan Hubungan (Compassionate Connection)
Metode pertama dalam pendekatan 5Cs adalah memanusiakan hubungan, yang bertujuan membentuk karakter siswa melalui nilai-nilai dalam Kompetensi 5 Bintang Cikal. Kepala SMP dan SMA Cikal Surabaya, Enita Wardhana, menyebutkan bahwa pembelajaran di sini menanamkan 15 kompetensi utama, termasuk kemandirian, kepemimpinan, dan kolaborasi.
“Kami memastikan setiap siswa mampu mengenali dan mengembangkan kompetensinya dalam konteks kehidupan sehari-hari. Dengan cara ini, mereka tidak hanya belajar tetapi juga tumbuh sebagai individu yang berkarakter,” jelas Enita.
2. Memahami Konsep (Comprehensive Concept)
Pendekatan kedua menitikberatkan pada pemahaman konsep lintas disiplin. Sekolah Cikal Surabaya mendorong siswa untuk memperluas wawasan mereka melalui integrasi berbagai mata pelajaran.
“Anak-anak kami belajar tidak hanya teori, tetapi juga aplikasi praktisnya, memastikan mereka memiliki pemahaman yang komprehensif dan relevan,” ujar Enita.
3. Membangun Keberlanjutan (Constructive Continuity)
Refleksi dan umpan balik menjadi kunci dalam membangun keberlanjutan pembelajaran. Di Sekolah Cikal Surabaya, setiap siswa mendapat kesempatan untuk mengevaluasi diri dan menerima bimbingan secara konstruktif.
“Kami menerapkan penilaian dan pengembangan kompetensi secara bertahap, memastikan setiap siswa mencapai potensi terbaik mereka,” tutur Enita.
4. Memilih Tantangan (Challenging Choices)
Metode ini memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih tantangan yang sesuai dengan tingkat perkembangan mereka. Langkah ini dirancang untuk membangun kemandirian dan kemampuan pengambilan keputusan.
“Dengan menghadapi tantangan yang dipilih sendiri, siswa kami belajar menyelesaikan masalah secara mandiri, yang berdampak pada pertumbuhan pribadi dan akademis mereka,” kata Enita.
5. Memberdayakan Konteks (Community Context)
Metode terakhir adalah memberdayakan konteks sosial dalam pembelajaran. Siswa didorong untuk menciptakan proyek inovatif yang melibatkan komunitas.
“Melalui kolaborasi dengan teman, guru, dan lingkungan sekitar, siswa belajar mempraktikkan kompetensi dalam konteks nyata,” ungkap Enita. Proyek-proyek berbasis komunitas ini membantu siswa memahami pentingnya kontribusi sosial.
Dengan penerapan kelima metode belajar tersebut, Sekolah Cikal Surabaya berhasil membentuk generasi muda yang kompeten, inovatif, dan siap menghadapi tantangan masa depan. Kompetensi dalam 5 Bintang Cikal tertanam secara alami dalam diri setiap siswa, menjadikan mereka individu yang berdaya saing tinggi.(Kabarjawa)