Kabarjawa – Di tengah era modernisasi, melestarikan budaya tradisional menjadi tantangan tersendiri. Namun, Madrasah Muallimat Muhammadiyah Yogyakarta membuktikan bahwa tradisi tetap dapat dirawat dan diapresiasi dengan cara kreatif. Melalui Festival Seni Bela Diri, yang berlangsung pada Minggu, 26 Januari 2025, nilai-nilai budaya dan seni bela diri disajikan dalam bentuk yang menarik dan inspiratif.
Bela Diri sebagai Sarana Pengenalan Budaya
Festival Seni Bela Diri ini menonjolkan seni pencak silat sebagai warisan budaya yang kaya akan nilai luhur. Tidak hanya berfokus pada pertarungan fisik, kegiatan ini mengedepankan aspek seni dan cerita, menjadikannya sebagai sarana pengenalan budaya bagi generasi muda. Tahun ini, acara tersebut menghadirkan drama kolosal bertajuk Heritage Theater of Palapa Samaya: Gadjah Mada’s Greatest Sin. Drama ini mengisahkan perseteruan bersejarah antara Kerajaan Sunda dan Majapahit, yang berujung pada tragedi berdarah akibat ambisi Gajah Mada untuk menyatukan Nusantara.
Pementasan Drama Kolosal yang Sarat Makna
Bertempat di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta, pertunjukan ini melibatkan sekitar 30 santriwati yang memadukan jurus-jurus khas Tapak Suci Putra Muhammadiyah dengan seni teater. Dengan durasi 60 menit, penonton diajak menyelami kisah sejarah yang dikemas secara modern, lengkap dengan elemen humor yang segar. Tidak heran, acara ini berhasil menciptakan suasana yang penuh tawa sekaligus kagum dari ratusan penonton yang memadati venue.
Komitmen Melestarikan Budaya Nusantara
Direktur Madrasah Muallimat, Unik Rasyidah, menegaskan bahwa Festival Seni Bela Diri adalah agenda tahunan yang bertujuan melestarikan budaya Indonesia. Tahun sebelumnya, tema yang diangkat adalah The Heritage Theatre of Majapahit Sadeng & Keta. Melalui pementasan ini, seni bela diri Tapak Suci tidak hanya dikenal sebagai olahraga berprestasi, tetapi juga sebagai media pengenalan nilai-nilai budaya Nusantara.
Tapak Suci sendiri telah mencetak berbagai prestasi di tingkat daerah, nasional, hingga internasional. Namun, Madrasah Muallimat memilih pendekatan berbeda untuk menanamkan kecintaan terhadap budaya kepada santriwatinya, yaitu melalui perpaduan seni teater dan jurus-jurus pencak silat.
Perempuan dan Pentingnya Bela Diri
Ketua Pimpinan Pusat Tapak Suci, M. Afnan Hadikusumo, mengapresiasi langkah inovatif yang dilakukan oleh Madrasah Muallimat. Menurutnya, kegiatan ini menunjukkan bahwa seni bela diri juga dapat diterima dan dikembangkan oleh kaum perempuan. Selain memperkuat kecintaan terhadap budaya, keterampilan bela diri juga menjadi kebutuhan penting bagi perempuan untuk menjaga diri dari potensi bahaya di era modern.
Festival Seni Bela Diri di Yogyakarta adalah bukti nyata bahwa seni dan budaya dapat dilestarikan dengan cara yang relevan dan menarik bagi generasi muda. Dengan menggabungkan elemen bela diri dan seni pertunjukan, Madrasah Muallimat Muhammadiyah Yogyakarta tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga memberikan pengalaman edukatif yang menginspirasi. Inisiatif seperti ini menjadi contoh penting dalam upaya menjaga identitas budaya di tengah perkembangan zaman.(Kabarjawa)