Kabarjawa – Bencana tanah longsor merupakan ancaman serius yang dapat mengakibatkan kerugian besar, baik dari segi materiil maupun korban jiwa. Indonesia, sebagai negara dengan curah hujan tinggi dan kondisi geologi yang kompleks, Waspada Longsor dan risiko yang meningkat seiring perubahan iklim global. Baru-baru ini, peristiwa longsor di Pekalongan, Jawa Tengah, menjadi pengingat pentingnya kewaspadaan menghadapi bencana longsor.
Faktor Penyebab Longsor di Pekalongan
Tanah longsor yang terjadi di Kecamatan Petungkriyono, Pekalongan, dipicu oleh curah hujan ekstrem dengan intensitas mencapai 93 mm/hari. Kondisi ini diperburuk oleh lokasi geografis yang berada di kaki lereng dengan morfologi kipas kolovial, material tanah lepas, serta kemiringan lereng yang terjal. Struktur geologi daerah ini, yang mencakup patahan normal dan geser, mempercepat pelapukan batuan sehingga menghasilkan lapisan tanah tebal yang rentan longsor.
Tanda-Tanda Awal Tanah Longsor
Masyarakat yang tinggal di wilayah rawan longsor perlu mewaspadai beberapa tanda yang menunjukkan potensi bahaya, antara lain:
- Retakan pada tanah di sekitar lereng.
- Miringnya tiang listrik atau pohon.
- Struktur bangunan yang berubah atau mengalami kerusakan.
- Munculnya mata air dengan air keruh di kaki lereng.
- Guguran tanah atau batuan di area lereng.
- Getaran atau suara gemuruh sebelum longsor besar terjadi.
Strategi Mitigasi untuk Mengurangi Risiko
Untuk menghadapi potensi tanah longsor, langkah-langkah mitigasi yang dapat diterapkan meliputi:
- Pengenalan Risiko: Memahami risiko longsor di sekitar tempat tinggal, baik untuk warga asli maupun pendatang.
- Identifikasi Jalur Aman: Menentukan jalur evakuasi terdekat yang aman dan tidak terisolasi.
- Evakuasi Mandiri: Jika terjadi tanda-tanda longsor atau hujan deras berlangsung lama, segera mengungsi ke lokasi aman.
- Pemilihan Tempat Aman: Saat istirahat atau berteduh, pilihlah lokasi yang jauh dari lereng berpotensi longsor.
Peran Teknologi dan Informasi
Untuk mencegah korban jiwa, alat deteksi dini telah dikembangkan, termasuk sistem peringatan dini berbasis komunitas yang telah diimplementasikan di berbagai wilayah Indonesia. Sistem ini telah memenuhi standar nasional (SNI 8235:2017) dan internasional (ISO 22328-2:2024). Selain itu, informasi dari BMKG dan Badan Geologi terkait curah hujan serta peta ancaman longsor harus dimanfaatkan secara optimal.
Bencana tanah longsor adalah ancaman nyata yang memerlukan kesiapsiagaan tinggi dari semua pihak. Sinergi antara pemerintah, masyarakat, swasta, media, dan akademisi sangat penting untuk memastikan informasi peringatan dini sampai kepada seluruh warga di wilayah rawan. Dengan mengenali tanda-tanda awal, melakukan mitigasi, dan memanfaatkan teknologi, risiko longsor dapat diminimalkan demi keselamatan bersama.(Kabarjawa)