
Kabarjawa – Ratusan warga Bantul yang tergabung dalam Majelis Sholawat Asyagil Kubro menggelar shalat Idul Fitri lebih awal dibandingkan ketetapan pemerintah.
Ibadah tersebut berlangsung di halaman parkir Harmony, kawasan Pantai Parangtritis, Kretek, Bantul, DI Yogyakarta, pada Minggu (30/3/2025).
Pelaksanaan shalat Idul Fitri ini mengacu pada hasil pemantauan hilal di berbagai belahan dunia. Meskipun hilal tidak terlihat di Indonesia, sejumlah negara di kawasan Arab telah mengonfirmasi keberadaannya.
Dengan dasar tersebut, jemaah Majelis Sholawat Asyagil Kubro memutuskan untuk melaksanakan shalat Idul Fitri lebih dahulu.
Penentuan Hilal Tidak Terbatas Wilayah Negara
Menurut pengurus Majelis Sholawat Asyagil Kubro, Yusuf Mustaqim, penetapan hilal tidak harus terbatas pada satu negara saja.
Jika hilal terlihat di suatu wilayah yang memiliki kesamaan zona waktu atau kedekatan geografis, maka hal itu bisa menjadi acuan bagi umat Muslim di wilayah lain.
Sebagai contoh, Yusuf mempertanyakan mengapa Aceh harus mengikuti waktu Papua dalam penentuan Idul Fitri, padahal Aceh lebih dekat dengan India dan Pakistan yang memiliki hasil rukyat berbeda.
Ia menegaskan bahwa umat Muslim memiliki kebebasan dalam mengikuti rukyatul hilal yang telah ditetapkan oleh negara-negara lain yang lebih dahulu melihatnya.
Majelis Sholawat Asyagil Kubro, Komunitas Religius Aktif
Majelis Sholawat Asyagil Kubro merupakan komunitas Muslim yang aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan, khususnya bershalawat.
Yusuf menambahkan bahwa bershalawat dapat memberikan ketenangan hati, terutama di tengah kondisi sosial yang penuh tantangan, seperti isu korupsi dan permasalahan hukum yang menjerat berbagai pihak.
Selain sebagai bentuk ibadah, kegiatan majelis ini bertujuan untuk membangun ketenangan spiritual bagi para jemaahnya agar tetap optimis menghadapi berbagai situasi di Indonesia.
Perbedaan dengan Ketetapan Pemerintah
Sementara itu, pemerintah melalui Kementerian Agama telah menetapkan bahwa Idul Fitri 1446 H jatuh pada Senin, 31 Maret 2025.
Dengan adanya perbedaan ini, sebagian masyarakat tetap mengikuti keputusan resmi pemerintah, sementara sebagian lainnya, seperti Majelis Sholawat Asyagil Kubro, memilih berpegang pada rukyatul hilal global.
Perbedaan dalam penentuan hari raya Idul Fitri bukanlah hal baru dalam Islam. Metode perhitungan yang digunakan oleh masing-masing kelompok menjadi faktor utama dalam perbedaan ini.
Majelis Sholawat Asyagil Kubro menegaskan bahwa mereka tetap berpegang pada keyakinan bahwa hilal yang terlihat di negara lain bisa menjadi rujukan sah.
Terlepas dari perbedaan tersebut, yang paling penting adalah semangat kebersamaan dan ketakwaan dalam menjalankan ibadah.(Kabarjawa)