Kabarjawa – Sebuah musyawarah luar biasa digelar oleh Ikatan Pemulung Indonesia (IPI) Jawa Tengah di Ponggok, Polanharjo, Klaten. Acara ini menjadi momentum penting untuk membahas permasalahan sampah yang semakin mendesak. Dalam forum ini, Ketua IPI Jawa Tengah, Suyanto, menyerukan kerjasama dari berbagai pihak untuk menangani masalah sampah yang kini menjadi isu besar di wilayah tersebut.
Urgensi Penanganan Sampah di Jawa Tengah
Produksi sampah harian di Jawa Tengah telah mencapai angka yang sangat tinggi, yaitu hingga 6 juta ton per hari. Hal ini mendorong IPI untuk menegaskan bahwa penanganan sampah tidak bisa dilakukan secara parsial.
Menurut Suyanto, solusi harus dimulai dari hulu, yakni individu dan rumah tangga, dengan pendekatan reduce, reuse, dan recycle.
Di beberapa daerah, tempat pembuangan akhir (TPA) hampir penuh, yang memerlukan pendekatan baru dalam pengelolaan sampah.
Pemerintah pusat menargetkan pada 2030 tidak ada lagi TPA baru, sehingga pengolahan sampah harus lebih efektif. Konsep TPS 3R juga ditekankan untuk benar-benar menjadi solusi, bukan hanya tempat transit sampah.
Pemulung, Pilar Pengelolaan Sampah yang Terpinggirkan
Selama ini, pemulung sering dianggap sebagai kelompok marginal yang kurang mendapat perhatian. Padahal, peran mereka dalam pengurangan dan pengelolaan sampah sangat signifikan.
Di tingkat internasional, pemulung bahkan telah memisahkan diri dari organisasi buruh internasional (ILO) sejak 2023 dan membentuk komunitas yang lebih mandiri.
IPI Jawa Tengah mengungkapkan keprihatinan terkait kondisi pemulung yang sering kali masih jauh dari sejahtera.
Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan kesejahteraan pemulung menjadi salah satu agenda utama.
Saat ini, jumlah pemulung di Jawa Tengah mencapai 60 ribu orang yang tersebar di 30 dari 35 kabupaten/kota.
Harapan untuk Masa Depan Pengelolaan Sampah
IPI Jawa Tengah berharap pemerintahan baru di tingkat pusat dan daerah dapat memberikan perhatian lebih kepada pemulung dan masalah pengelolaan sampah.
Dengan kolaborasi yang kuat antara masyarakat, pemerintah, dan organisasi seperti IPI, pengelolaan sampah yang berkelanjutan bisa diwujudkan.
Pemulung memiliki kontribusi besar dalam pengurangan sampah, namun masih sering dianggap sebagai kaum marginal.
Musyawarah luar biasa yang digelar di Klaten ini menjadi langkah awal untuk memperjuangkan kesejahteraan pemulung dan mencari solusi bersama untuk permasalahan sampah di Jawa Tengah.
Dengan strategi reduce, reuse, recycle, serta peningkatan peran semua pihak, permasalahan sampah di wilayah ini diharapkan dapat teratasi secara signifikan.(Kabarjawa)