
Kabarjawa – Harga MinyaKita Melonjak! Menjelang bulan suci Ramadhan 1446 Hijriah, para pedagang di Pasar Tradisional Anom, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, mengeluhkan lonjakan harga minyak goreng bersubsidi MinyaKita.
Selain mahal, stok minyak ini pun sulit didapatkan melalui jalur distribusi resmi. Kondisi ini membuat pedagang terpaksa membeli dari tangan kedua dengan harga lebih tinggi, yang berimbas pada kenaikan harga jual di pasaran.
Harga MinyaKita Melejit, Pedagang Rugi
Pedagang di Pasar Anom mengaku kesulitan mendapatkan MinyaKita dengan harga sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah, yaitu Rp 174.000 per kardus atau Rp 15.700 per liter.
Sebagian besar pedagang harus membeli minyak tersebut dengan harga sekitar Rp 200.000 hingga Rp 202.000 per kardus, sehingga tidak memungkinkan bagi mereka untuk menjualnya sesuai HET.
Kondisi ini membuat harga MinyaKita di pasaran melonjak hingga Rp 18.500 per liter, jauh di atas harga yang seharusnya. Para pedagang mengeluhkan minimnya keuntungan yang didapat akibat harga kulakan yang tinggi, bahkan beberapa di antaranya harus menaikkan harga jual agar tidak mengalami kerugian.
Stok MinyaKita di Distributor Resmi Kosong, Tapi Berlimpah di Sales Tak Resmi
Selain harga yang tinggi, para pedagang juga menghadapi masalah kelangkaan stok dari distributor resmi. Meskipun sudah memesan jauh-jauh hari, mereka kerap mendapatkan jawaban bahwa stok telah habis.
Namun, anehnya, saat mereka mencari di jalur tidak resmi atau sales lain, minyak ini justru tersedia dalam jumlah melimpah.
Praktik ini menimbulkan dugaan adanya permainan dalam distribusi MinyaKita, yang mengakibatkan pedagang kecil kesulitan mendapatkan barang dengan harga sesuai aturan.
Beberapa pedagang bahkan mengungkapkan bahwa mereka kerap dipaksa untuk membeli MinyaKita dengan sistem bundling, di mana mereka diwajibkan membeli minyak goreng merek lain yang kurang laku di pasaran. Jika menolak, mereka tidak bisa mendapatkan MinyaKita, atau harus membelinya dengan harga lebih mahal.
Pedagang Harap Pemerintah Bertindak
Para pedagang di Pasar Tradisional Anom berharap pemerintah segera turun tangan untuk mengatasi permasalahan ini.
Mereka meminta adanya pengawasan ketat terhadap distribusi MinyaKita, terutama di tingkat produsen dan distributor resmi, agar tidak terjadi permainan harga dan kelangkaan stok yang merugikan pedagang kecil serta konsumen.
Selain itu, mereka juga berharap agar pemerintah memastikan distribusi minyak subsidi ini berjalan dengan transparan dan tepat sasaran, sehingga masyarakat bisa mendapatkan MinyaKita dengan harga sesuai HET, khususnya menjelang bulan Ramadhan ketika kebutuhan minyak goreng meningkat.
Kenaikan harga dan kelangkaan MinyaKita di Pasar Tradisional Anom, Sumenep, menjadi masalah serius bagi para pedagang dan masyarakat. Sulitnya mendapatkan minyak bersubsidi ini dari jalur resmi, serta praktik bundling yang memberatkan, menunjukkan perlunya tindakan cepat dari pihak berwenang.
Pemerintah diharapkan dapat meningkatkan pengawasan terhadap distribusi MinyaKita agar harga tetap stabil dan pasokan dapat mencukupi kebutuhan masyarakat, terutama menjelang bulan Ramadhan yang biasanya diiringi peningkatan konsumsi minyak goreng.(Kabarjawa)