
Kabarjawa – Belakangan ini, perdebatan mengenai tingkat kecerdasan masyarakat Indonesia kembali mencuat. Salah satu laporan yang sering dikutip menyebutkan bahwa rata-rata IQ orang Indonesia hanya 78,49.
Namun, apakah angka ini benar-benar mencerminkan kecerdasan bangsa? Ataukah ada faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap kemampuan akademik dan intelektual seseorang?
Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai fakta sebenarnya serta pandangan dari para ahli mengenai pentingnya pendidikan dibandingkan sekadar angka IQ.
IQ Indonesia: Data yang Sering Diperdebatkan
Dalam buku “The Intelligence of Nations” yang diterbitkan pada tahun 2019, Richard Lynn dan David Becker mencatat bahwa IQ nasional Indonesia berada di angka 78,49.
Data ini didasarkan pada hasil penelitian yang dikumpulkan antara tahun 1999 hingga 2015. Namun, perlu diingat bahwa sejak saat itu, banyak perubahan telah terjadi, terutama dalam akses pendidikan dan kualitas gizi masyarakat.
Survei terbaru dari situs The International IQ Test pada Januari 2024 menunjukkan peningkatan signifikan dengan rata-rata IQ orang Indonesia mencapai 92,64.
Hal ini menunjukkan adanya perkembangan dalam faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan, seperti kualitas pendidikan dan lingkungan belajar yang lebih baik.
Faktor Pendidikan Lebih Berpengaruh daripada IQ
Wakil Menteri Pendidikan, Sains, dan Teknologi, Stella Christie, menegaskan bahwa rendahnya nilai akademik siswa lebih berkaitan dengan kualitas pendidikan daripada faktor genetika atau IQ.
Ia menolak keras anggapan bahwa kecerdasan seseorang hanya ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir.
Menurutnya, banyak video viral yang menunjukkan siswa tidak bisa mengerjakan perkalian atau pembagian sederhana lebih disebabkan oleh metode pembelajaran yang kurang efektif.
Oleh karena itu, fokus seharusnya diberikan pada peningkatan sistem pendidikan, bukan pada angka IQ yang bersifat tetap.
Mengapa Terlalu Fokus pada IQ Bisa Menyesatkan?
Masyarakat sering kali terlalu terpaku pada skor IQ sebagai indikator utama kecerdasan. Padahal, pendekatan ini dapat menciptakan pola pikir “fixed mindset” yang menghambat perkembangan anak.
Sebaliknya, “growth mindset” lebih ditekankan, di mana kecerdasan seseorang dapat berkembang melalui proses belajar yang berkelanjutan.
Pendidikan yang berkualitas, pola asuh yang tepat, serta akses terhadap sumber daya belajar yang memadai adalah faktor utama dalam meningkatkan kemampuan akademik anak-anak Indonesia.
Oleh karena itu, daripada berkutat dengan angka IQ, lebih baik berfokus pada peningkatan sistem pembelajaran yang lebih adaptif dan efektif.
IQ memang sering dijadikan patokan dalam mengukur kecerdasan, tetapi bukan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang.
Dalam konteks Indonesia, peningkatan akses pendidikan dan metode pembelajaran yang lebih baik justru memiliki peran yang jauh lebih signifikan.
Dengan pendekatan yang lebih berorientasi pada “growth mindset,” anak-anak Indonesia dapat terus berkembang dan mencapai potensi terbaik mereka, tanpa terbatas oleh angka IQ semata.(Kabarjawa)