Kabarjawa – Kue keranjang adalah salah satu makanan khas yang selalu hadir dalam perayaan Tahun Baru Imlek. Makanan ini tidak hanya menjadi sesaji untuk upacara sembahyang leluhur, tetapi juga dijadikan oleh-oleh saat berkunjung ke kerabat. Salah satu produsen kue keranjang legendaris di Yogyakarta adalah Kue Keranjang Nyonya Seneng, yang telah eksis sejak tahun 1960-an.
Sejarah dan Warisan
Sulistyowati, seorang wanita berusia 80 tahun, adalah penerus usaha kue keranjang ini. Ia menjelaskan bahwa produksi kue keranjang di keluarganya sudah berlangsung sejak tahun 1960-an, diwariskan dari orangtuanya.
Lokasi usaha mereka berada di Jl. Tukangan No.43, Tegal Panggung, Danurejan, Kota Yogyakarta. Sulistyowati mulai membantu produksi sejak usia 15 tahun, dan tradisi ini terus dilestarikan hingga sekarang.
Proses Produksi dan Permintaan
Permintaan kue keranjang meningkat drastis menjelang Imlek. Dalam sehari, Sulistyowati bersama 9 karyawannya memproduksi sekitar 200 kilogram kue keranjang. Puncak permintaan biasanya terjadi seminggu sebelum Imlek.
Proses pembuatan kue ini memerlukan waktu yang cukup lama dan diawali dengan doa agar produksi berjalan lancar.
Rahasia Keberlangsungan Usaha
Kunci kesuksesan Kue Keranjang Nyonya Seneng adalah menjaga kualitas. Sulistyowati tetap mempertahankan resep warisan orangtuanya dan menggunakan bahan-bahan berkualitas tinggi. Meskipun harga bahan baku meningkat, ia tidak menurunkan kualitas produknya.
Harga kue keranjang dipatok sekitar Rp 54.000 per kilogram, dengan variasi ukuran yang bisa berisi hingga 4 kue per kilogram.
Distribusi dan Cakupan Pasar
Saat ini, kue keranjang produksi Sulistyowati telah merambah berbagai daerah, mulai dari DIY, Jawa Tengah, hingga Lampung. Popularitas dan kepercayaan konsumen terhadap kualitas produknya membuat usaha ini tetap bertahan dan berkembang dari generasi ke generasi.
Kue Keranjang Nyonya Seneng di Yogyakarta adalah contoh sukses dari usaha keluarga yang mampu bertahan lebih dari setengah abad.
Dengan menjaga kualitas dan mempertahankan tradisi, usaha ini tidak hanya menjadi saksi sejarah kuliner Imlek di Yogyakarta, tetapi juga terus berkembang dan melayani kebutuhan masyarakat hingga kini.(Kabarjawa)