
Kabarjawa – Peristiwa Geger Sapehi merupakan salah satu babak penting dalam sejarah Yogyakarta yang mencatatkan sebuah insiden besar di awal abad ke-18.
Kejadian ini bukan hanya menjadi bagian dari perjalanan sejarah kerajaan Mataram, tetapi juga meninggalkan sejumlah cerita unik yang patut untuk diketahui.
Dalam artikel ini, kita akan mengulas secara mendalam mengenai sejarah Peristiwa Geger Sapehi, faktor yang memicu terjadinya peristiwa ini, serta hal-hal unik yang menyertainya.
Apa Itu Peristiwa Geger Sapehi?
Geger Sapehi adalah sebuah peristiwa kerusuhan yang terjadi pada tahun 1704 di wilayah Yogyakarta. Peristiwa ini dipicu oleh ketegangan antara pihak Kerajaan Mataram dengan kelompok-kelompok yang merasa terancam oleh kebijakan raja pada masa itu, yaitu Sultan Amangkurat I.
Nama “Geger Sapehi” sendiri berasal dari kata “Geger”, yang berarti kerusuhan atau kekacauan, dan “Sapehi”, yang merujuk pada nama sebuah tempat di daerah Yogyakarta yang menjadi pusat peristiwa tersebut.
Peristiwa ini terjadi setelah beberapa tahun sebelumnya Sultan Amangkurat I mengalami perpecahan dalam tubuh kerajaan akibat ketidakpuasan di kalangan prajurit dan rakyat terhadap kebijakan pemerintahan yang keras.
Pada saat itu, Sultan Amangkurat I juga menghadapi ancaman dari VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) atau Perusahaan Hindia Timur Belanda, yang semakin memperburuk situasi kerajaan.
Penyebab Peristiwa Geger Sapehi
- Ketidakpuasan Terhadap Pemerintahan Sultan Amangkurat I
Ketidakpuasan rakyat dan kalangan bangsawan terhadap Sultan Amangkurat I menjadi faktor utama pemicu terjadinya Geger Sapehi. Sultan dianggap terlalu otoriter dan memaksakan kebijakan yang merugikan rakyat, seperti pajak yang tinggi dan penindasan terhadap kelompok tertentu. - Intervensi Belanda dalam Urusan Kerajaan
VOC juga memainkan peran dalam memperburuk kondisi kerajaan Mataram. Sultan Amangkurat I menerima bantuan dari Belanda dalam hal militer, namun hal ini menambah ketegangan di dalam kerajaan, terutama dengan pihak-pihak yang menentang pengaruh asing tersebut. - Perebutan Kekuasaan dalam Keluarga Kerajaan
Selain masalah eksternal, perebutan kekuasaan dalam tubuh keluarga kerajaan juga memperburuk keadaan. Beberapa pangeran dan bangsawan merasa tidak puas dengan cara Sultan Amangkurat I memerintah, dan mereka berusaha untuk merebut kekuasaan yang lebih besar.
Jalannya Peristiwa Geger Sapehi
Pada tahun 1704, ketegangan yang sudah menumpuk akhirnya memuncak. Kelompok-kelompok yang tidak puas dengan pemerintahan Sultan Amangkurat I, termasuk prajurit dan rakyat dari berbagai daerah, melancarkan pemberontakan yang dipimpin oleh Pangeran Puger.
Pemberontakan ini mengarah pada penyerangan Istana Mataram di Yogyakarta, dan berakhir dengan jatuhnya banyak korban baik dari pihak pemberontak maupun pasukan kerajaan.
Peristiwa Geger Sapehi ini bukan hanya sekedar kerusuhan biasa, tetapi merupakan simbol perlawanan terhadap sistem pemerintahan yang dinilai tidak adil dan terlalu dekat dengan kekuatan asing.
Pada akhirnya, Sultan Amangkurat I berhasil mempertahankan tahtanya, namun peristiwa ini meninggalkan bekas yang mendalam dalam perjalanan sejarah kerajaan Mataram.
Hal Unik di Balik Peristiwa Geger Sapehi
Hubungan dengan Kekuatan Belanda
Salah satu hal unik dari Peristiwa Geger Sapehi adalah pengaruh VOC yang cukup besar dalam peristiwa ini.
Meskipun VOC berusaha untuk mendukung Sultan Amangkurat I, mereka juga menjadi target kemarahan pemberontak yang merasa bahwa pengaruh Belanda semakin menggerus kedaulatan kerajaan.
Ini menunjukkan kompleksitas hubungan antara kerajaan Mataram dan Belanda pada masa itu.
Peran Pangeran Puger
Pangeran Puger, yang menjadi salah satu tokoh utama dalam pemberontakan ini, sebenarnya memiliki alasan pribadi untuk melawan Sultan Amangkurat I.
Pangeran Puger merasa bahwa dia lebih layak untuk memimpin kerajaan daripada Sultan Amangkurat I, dan konflik kepentingan ini memperburuk situasi di dalam istana.
Pangeran Puger akhirnya berhasil melarikan diri dan kemudian menjadi Sultan Paku Buwono I di Surakarta, yang juga memiliki dampak besar dalam sejarah kerajaan Mataram.
Nama Geger Sapehi yang Terus Diingat
Nama “Geger Sapehi” sendiri tetap hidup dalam cerita rakyat dan sejarah Yogyakarta, meskipun peristiwa ini sudah berlangsung ratusan tahun yang lalu.
Nama ini tidak hanya merujuk pada kerusuhan, tetapi juga menggambarkan sebuah titik balik dalam perjalanan kerajaan Mataram yang penuh dengan intrik politik dan pergolakan sosial.
Dampak dari Peristiwa Geger Sapehi
Peristiwa Geger Sapehi memiliki dampak jangka panjang bagi kerajaan Mataram. Meskipun Sultan Amangkurat I berhasil mempertahankan kekuasaannya, peristiwa ini menandai mulai melemahnya kerajaan Mataram dan mengarah pada perpecahan lebih lanjut.
Beberapa tahun setelah Geger Sapehi, Mataram terpecah menjadi dua kerajaan besar: Kerajaan Yogyakarta dan Kerajaan Surakarta.
Perpecahan ini berlangsung hingga saat ini, dengan Yogyakarta sebagai pusat kebudayaan Jawa dan Surakarta sebagai salah satu kerajaan yang turut membentuk sejarah Indonesia.
Peristiwa Geger Sapehi adalah salah satu momen penting dalam sejarah Yogyakarta dan kerajaan Mataram.
Ketegangan internal, perebutan kekuasaan, dan pengaruh asing menjadi faktor penyebab utama terjadinya kerusuhan ini.
Meskipun peristiwa ini berlangsung dengan penuh kekerasan, namun hal ini juga membuka jalan bagi perpecahan kerajaan Mataram yang akhirnya membentuk dua kerajaan besar, Yogyakarta dan Surakarta.
Sebagai bagian dari warisan sejarah, Geger Sapehi tetap dikenang sebagai sebuah peristiwa yang menunjukkan kompleksitas dalam perjalanan politik dan sosial di Indonesia.
***