Kabarjawa – Sejarah Perang Diponegoro merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Indonesia yang berlangsung dari tahun 1825 hingga 1830. Perang ini melibatkan Pangeran Diponegoro melawan pemerintah kolonial Belanda dan dikenal juga sebagai Perang Jawa. Konflik ini tidak hanya berdampak besar pada Kesultanan Yogyakarta tetapi juga mempengaruhi politik dan ekonomi Hindia Belanda secara signifikan.
Latar Belakang Perang Diponegoro
Pemasangan Patok di Tegalrejo
Perang Diponegoro dipicu oleh pemasangan patok di tanah leluhur Diponegoro oleh pemerintah Hindia Belanda untuk pembangunan jalan di Tegalrejo. Tindakan ini memicu kemarahan Pangeran Diponegoro yang merasa terhina atas pelanggaran terhadap tanah leluhurnya.
Pengaruh Belanda di Kesultanan Yogyakarta
Kemarahan Diponegoro sebenarnya sudah lama terpendam akibat campur tangan Belanda dalam urusan Kesultanan Yogyakarta. Salah satu penyebab utamanya adalah pengangkatan Hamengkubuwono V yang dinilai terlalu muda untuk menjadi raja, dengan campur tangan pemerintah kolonial Belanda.
Pajak yang Menyengsarakan Rakyat
Pemberlakuan pajak yang tinggi oleh Belanda juga menjadi pemicu kemarahan Diponegoro. Pajak-pajak seperti bea pacumpleng, bea pengawang-awang, dan pajak jalan sangat memberatkan rakyat, menambah ketegangan antara pihak Kesultanan dan Belanda.
Kronologi Perang Diponegoro
Awal Perang
- 20 Juli 1825: Residen Smissaert mengirimkan surat panggilan kepada Diponegoro setelah pemberontakan yang dipimpin oleh Diponegoro.
- 21 Juli 1825: Karena Diponegoro tidak memenuhi panggilan, Belanda menyerang Tegalrejo, memicu dimulainya Perang Jawa.
Puncak Konflik
- 21 September 1829: Jenderal de Kock mengumumkan hadiah 20.000 gulden untuk penangkapan Diponegoro.
- 17 Oktober 1829: Beberapa pimpinan pasukan Diponegoro menyerah.
- 9 Februari 1830: Upaya damai dilakukan oleh Kolonel Cleerens, tetapi Diponegoro akhirnya ditangkap.
Penangkapan dan Pembuangan
- 16 Februari 1830: Diponegoro ditangkap dan dibawa ke Batavia, kemudian dipindahkan ke Benteng Rotterdam di Makassar, tempat ia wafat pada 8 Januari 1855.
Dampak Perang Diponegoro
Kerugian Besar Bagi Belanda
Perang Diponegoro memakan banyak korban di pihak Belanda dan pribumi. Hingga April 1827, sekitar 1.603 pasukan Belanda tewas. Pada 1828, Belanda harus mengerahkan lebih dari 24.000 pasukan untuk melawan Diponegoro.
Pengurangan Populasi Yogyakarta
Perang ini juga menyebabkan penurunan drastis populasi Yogyakarta. Hampir separuh penduduk Yogyakarta meninggal atau terpaksa mengungsi akibat perang yang berkepanjangan.
Penguasaan Belanda atas Jawa
Dengan tertangkapnya Diponegoro, Belanda berhasil memperkuat penguasaan mereka atas tanah Jawa. Ini menandai dominasi Belanda yang lebih luas di Nusantara hingga akhir masa kolonial.
Perang Diponegoro adalah simbol perlawanan rakyat Indonesia terhadap penjajahan Belanda. Meski akhirnya berakhir dengan kekalahan Diponegoro, perang ini menunjukkan semangat juang yang tinggi dan menjadi inspirasi bagi perjuangan kemerdekaan di masa-masa berikutnya.
Dampak dari perang ini tidak hanya dirasakan pada masa itu tetapi juga membentuk perjalanan sejarah Indonesia menuju kemerdekaan.(Kabarjawa)