
Kabarjawa – Baru-baru ini, Plengkung Gading yang ada di sekitar Kawasan Keraton Yogyakarta banyak diperbincangkan oleh masyarakat khususnya di Yogyakarta.
Pasalya, beredar wacana terkait penutupan Plengkung Gading yang ada di sebelah selatan Alun-alun Kidul (Alkid).
Wacana Penutupan Plengkung Gading
Wacana penutupan Plengkung Gading tersebut telah dikkonfirmasi kebenarannya oleh pihak Keraton Yogyakarta dengan alasan bahwa Plengkung Gading merupakan bagian dari Sumbu Filosofi.
Selama ini, Plengkung Gading memang bebas untuk dilewati oleh masyarakat umum dan menjadi jalan alternatif untuk menuju ke Alun-alun Kidul dari arah selatan.
Beredarnya wacana penutupan Plengkung Gading pun menimbulkan pro dan kontra di masyarakat sejak pertama kali berita tersebut beredar.
Apa Itu Plengkung Gading?
Plengkung Gading adalah salah satu gerbang utama dari lima gerbang Benteng Baluwerti yang mengelilingi Keraton Yogyakarta.
Letaknya berada di sisi selatan Keraton, menjadikannya pintu keluar yang strategis dan simbolis. Bangunan ini memiliki bentuk melengkung khas arsitektur tradisional Jawa, sehingga disebut “plengkung” atau lengkungan.
Selain menjadi akses masuk ke area dalam benteng (jeron benteng), Plengkung Gading juga memiliki nilai sejarah dan budaya yang erat kaitannya dengan tata ruang dan filosofi Keraton Yogyakarta.
Plengkung Gading dalam Sumbu Filosofi Yogyakarta
Sumbu Filosofi Yogyakarta adalah garis imajiner yang membentang dari Panggung Krapyak di selatan hingga Tugu Pal Putih di utara, melewati Keraton sebagai pusatnya. Garis ini melambangkan hubungan manusia dengan Tuhan, alam, dan sesama.
Plengkung Gading menjadi salah satu bagian penting dalam struktur ini, menghubungkan wilayah selatan dengan area inti Keraton.
Simboliknya, wilayah selatan sering diasosiasikan dengan dunia manusia dan ujian kehidupan, sehingga gerbang ini melambangkan perjalanan spiritual menuju kesempurnaan.
Sejarah dan Fungsi Plengkung Gading
Plengkung Gading, bersama empat gerbang lainnya (Plengkung Tarunasura, Nirbaya, Jaga Surya, dan Madyasura), dibangun sebagai bagian dari pertahanan Benteng Baluwerti.
Selain itu, gerbang ini memiliki fungsi seremonial, seperti mengiringi prosesi adat kerajaan dan acara penting lainnya.
Nama “Gading” sendiri merujuk pada warna putih gading yang mendominasi bangunan ini, melambangkan kesucian dan kemuliaan.
Hingga saat ini, Plengkung Gading menjadi saksi bisu berbagai peristiwa bersejarah di Yogyakarta, termasuk perkembangan budaya dan tradisi masyarakat.
Daya Tarik Plengkung Gading
Selain nilai sejarahnya, Plengkung Gading juga menjadi daya tarik wisata. Berada dekat dengan Alun-Alun Kidul, kawasan ini sering menjadi tempat favorit bagi wisatawan dan warga lokal untuk menikmati suasana malam Yogyakarta.
Pedagang kuliner, permainan tradisional, hingga hiburan keluarga kerap menghiasi area ini, menambah pesona Plengkung Gading sebagai destinasi wisata budaya.
Pelestarian Plengkung Gading
Sebagai bagian dari warisan budaya Yogyakarta, Plengkung Gading terus dijaga keasliannya. Rencana penataan kawasan ini oleh Keraton Yogyakarta bertujuan untuk melestarikan nilai filosofisnya, sekaligus menjaga keseimbangan antara fungsi budaya dan aktivitas masyarakat.
Plengkung Gading adalah lebih dari sekadar gerbang; ia merupakan simbol filosofi, sejarah, dan kebudayaan Yogyakarta yang kaya.
Keberadaannya menjadi pengingat akan pentingnya harmoni antara manusia, alam, dan spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari.
Jika Anda berkunjung ke Yogyakarta, jangan lupa untuk menikmati keindahan dan nilai historis dari Plengkung Gading, sebuah ikon yang merepresentasikan jiwa kota budaya ini.
***