Kabarjawa – Banjir yang terus melanda wilayah Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Gayamsari, Semarang, menyebabkan warga resah. Para warga meluapkan kemarahan dengan menggeruduk Rumah Pompa Kali Tenggang di Kelurahan Kaligawe, Kecamatan Genuk, karena sebagian besar pompa di lokasi tersebut tidak berfungsi dengan baik. Warga kecewa dengan pengelolaan rumah pompa yang dianggap kurang maksimal, meskipun daerah tersebut membutuhkan pompa untuk menangani genangan air.
Masalah Pompa yang Tidak Aktif
Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh warga adalah ketidakberfungsian sebagian besar pompa yang seharusnya beroperasi di Rumah Pompa Kali Tenggang.
Dari enam unit pompa permanen yang tersedia, hanya dua yang berfungsi, sementara sisanya rusak. Bahkan, pompa cadangan yang seharusnya dapat membantu juga tidak dapat dioperasikan dengan baik karena kerusakan pada satu unit dan keterbatasan bahan bakar.
Hal ini membuat genangan air di wilayah Tambakrejo semakin parah dan tidak kunjung surut.
Penyebab Ketidakberfungsian Pompa
Warga yang kecewa kemudian mendatangi rumah pompa dan mengonfirmasi adanya masalah terkait operasional pompa.
Pihak BBWS Pemali Juana, yang bertanggung jawab atas pengelolaan rumah pompa, mengungkapkan bahwa krisis anggaran menjadi penyebab utama ketidakmampuan mereka dalam menjalankan pompa secara maksimal.
Pihak BBWS menyebutkan bahwa adanya pemblokiran anggaran dari Kementerian PUPR yang menyebabkan keterlambatan dalam pengadaan bahan bakar dan perbaikan pompa yang rusak.
Bahkan, anggaran operasional rumah pompa mengalami pemangkasan hingga 80%, sehingga mereka kesulitan untuk menjalankan tugasnya secara optimal.
Reaksi Warga dan Aksi Protes
Karena jawaban yang dianggap tidak memadai dari pihak BBWS, warga kembali mendatangi Rumah Pompa Kali Tenggang untuk melakukan aksi protes.
Mereka menuntut agar pompa-pompa yang masih berfungsi segera diaktifkan untuk mengatasi genangan air yang terus meluas di lingkungan mereka.
Warga juga kecewa karena pihak berwenang, termasuk Wali Kota Semarang, yang sebelumnya dijanjikan untuk menemui mereka, batal hadir.
Situasi ini semakin memperburuk rasa ketidakpuasan warga terhadap pengelolaan rumah pompa tersebut.
Krisis Anggaran dan Dampaknya
Yogie Leksono, PPK OPSDA 3 BBWS Pemali Juana, mengonfirmasi adanya kerusakan pada pompa-pompa yang ada di lokasi.
Selain itu, dia juga mengakui bahwa masalah utama yang dihadapi adalah kekurangan anggaran yang menghambat operasi rumah pompa.
Kondisi ini diperburuk dengan adanya pemotongan anggaran besar-besaran dari pemerintah pusat. Hal ini menjadikan upaya perbaikan pompa dan pengadaan bahan bakar menjadi terbatas.
Aksi protes warga yang menggeruduk Rumah Pompa Kali Tenggang menggambarkan betapa pentingnya pengelolaan infrastruktur pengendalian banjir yang efektif.
Meskipun masalah ini disebabkan oleh krisis anggaran, namun dampak langsungnya dirasakan oleh masyarakat yang terganggu oleh genangan air dan banjir yang terus menerus melanda.
Solusi yang cepat dan efektif dibutuhkan untuk memastikan bahwa pompa-pompa tersebut dapat berfungsi maksimal, mengingat pentingnya peran mereka dalam mencegah banjir di kawasan tersebut.(Kabarjawa)