
Kabarjawa – Surabaya kembali menjadi sorotan setelah dinobatkan sebagai kota termacet ke-4 di Indonesia, bahkan melampaui Jakarta dalam indeks kemacetan. Berdasarkan laporan TomTom Traffic Index, kota ini juga menempati peringkat ke-70 dari 500 kota termacet di dunia.
Pakar transportasi menyebutkan bahwa salah satu penyebab utama kemacetan di Surabaya adalah kurang optimalnya sistem transportasi publik, yang membuat masyarakat lebih mengandalkan kendaraan pribadi.
Surabaya Lebih Macet Dibanding Jakarta?
Jakarta selama ini dikenal sebagai kota dengan lalu lintas paling padat di Indonesia. Namun, meskipun jumlah kendaraan di Jakarta jauh lebih banyak, sistem transportasi publiknya lebih maju. Kehadiran MRT, LRT, TransJakarta, serta kebijakan ganjil-genap membantu mengurai kemacetan di ibu kota.
Sebaliknya, Surabaya masih bergantung pada kendaraan pribadi. Transportasi umum seperti Suroboyo Bus dan Trans Semanggi dinilai belum memadai untuk menampung kebutuhan mobilitas masyarakat.
Akibatnya, jalan-jalan utama seperti Jalan A Yani, Bundaran Waru, dan Jalan Raya Darmo mengalami kemacetan parah, terutama pada jam sibuk.
Kota-Kota Lain yang Lebih Macet dari Jakarta
Selain Surabaya, beberapa kota lain di Indonesia juga mengalami tingkat kemacetan lebih tinggi dibandingkan Jakarta. Berikut adalah urutan kota termacet di Indonesia menurut TomTom Traffic Index:
- Bandung
- Medan
- Palembang
- Surabaya
- Jakarta
Bandung menjadi kota termacet pertama di Indonesia karena kapasitas jalan yang terbatas serta lonjakan wisatawan, terutama saat akhir pekan. Medan mengalami kemacetan akibat sistem transportasi umum yang kurang terorganisir, di mana banyak angkutan kota berhenti sembarangan dan menghambat arus lalu lintas.
Sementara itu, Palembang sebenarnya sudah memiliki LRT, tetapi rute yang terbatas membuat masyarakat tetap memilih kendaraan pribadi. Kondisi serupa juga terjadi di Surabaya, di mana jumlah kendaraan terus meningkat sementara kapasitas jalan dan transportasi umum belum berkembang secara signifikan.
Surabaya mengalami kemacetan lebih parah dari Jakarta bukan karena jumlah kendaraan yang lebih banyak, melainkan karena minimnya transportasi publik yang efektif. Kota-kota seperti Bandung, Medan, dan Palembang juga menghadapi permasalahan serupa.
Untuk mengatasi kemacetan, pemerintah daerah perlu mengembangkan sistem transportasi yang lebih terintegrasi dan mendorong masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum.(Kabarjawa)