
Kabarjawa – Baru-baru ini, unggahan dari putra mahkota Keraton Solo, KGPAA Mangkunegoro, menjadi viral di media sosial. Dalam unggahannya, ia mengungkapkan rasa penyesalan terkait keputusan Keraton Solo bergabung dengan Republik Indonesia. Hal ini memicu berbagai reaksi dari publik.
Namun, pihak Keraton Solo menegaskan bahwa pernyataan tersebut adalah bentuk kritik terhadap kondisi pemerintahan saat ini, bukan indikasi ketidaksepakatan dengan keberadaan negara.
Viralnya Unggahan Putra Mahkota Keraton Solo
Unggahan yang berasal dari Instagram story akun @kgpaa_hamangkunegoro itu telah dihapus, tetapi sempat beredar luas setelah beberapa akun X membagikan tangkapan layarnya. S
alah satu akun yang menyebarluaskan unggahan tersebut adalah @helmi_stbd, yang menyebut bahwa KGPAA Mangkunegoro merasa menyesal karena Keraton Solo bergabung dengan Republik Indonesia.
Pernyataan ini sontak mengundang perbincangan hangat di kalangan warganet. Beberapa pihak menilai bahwa pernyataan tersebut bernuansa kritik tajam terhadap kondisi negara saat ini, sementara yang lain mempertanyakan maksud di balik unggahan tersebut.
Penjelasan Keraton Solo
Menanggapi viralnya unggahan ini, perwakilan Keraton Solo, KPA.H Dany Nur Adiningrat, memberikan klarifikasi bahwa pernyataan tersebut adalah bentuk kritik terhadap pemerintahan saat ini.
Sebelumnya, Hamangkunegoro juga mengunggah kritik mengenai dugaan kasus korupsi di Pertamina, terutama terkait dengan BBM oplosan.
Dany menegaskan bahwa unggahan tersebut merupakan ekspresi kekecewaan terhadap kondisi negara, khususnya dalam isu-isu yang merugikan rakyat.
Sebagai bagian dari Keraton Solo yang memiliki sejarah panjang dalam berkontribusi bagi bangsa, Hamangkunegoro merasa perlu untuk menyuarakan keresahan masyarakat.
Keraton Solo Tetap Setia pada NKRI
Lebih lanjut, Dany menjelaskan bahwa unggahan tersebut tidak mencerminkan sikap anti-NKRI. Sebaliknya, hal itu adalah bentuk kecintaan terhadap bangsa dan dorongan untuk perbaikan. Ia menegaskan bahwa Keraton Solo tetap memiliki jiwa nasionalisme yang kuat dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan.
Sebagai keturunan Paku Buwono (PB) 10, PB 6, dan PB 12, Hamangkunegoro memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga warisan leluhur. Ungkapan yang ia sampaikan adalah bentuk kritik satire yang menyesuaikan dengan gaya komunikasi anak muda masa kini.
Unggahan putra mahkota Keraton Solo yang menyesal bergabung dengan Republik Indonesia bukanlah bentuk penolakan terhadap NKRI, melainkan kritik terhadap kondisi pemerintahan saat ini.
Pihak Keraton Solo menegaskan bahwa mereka tetap setia pada negara dan hanya ingin mengingatkan pemerintah agar lebih memperhatikan kepentingan rakyat.
Dengan adanya peristiwa ini, diharapkan pemerintah lebih peka terhadap aspirasi masyarakat serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam mengelola negara.(Kabarjawa)