
Kabarjawa – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) kembali menjadi ancaman serius bagi warga Tulungagung. Dalam kurun waktu 1,5 bulan terakhir, tercatat sebanyak 198 kasus DBD, dengan empat korban meninggal dunia.
Para korban terdiri dari tiga anak dan satu balita, yang tersebar di beberapa kecamatan, yaitu Pakel, Sumbergempol, dan Kedungwaru.
Kasus terbaru yang menambah daftar korban jiwa adalah seorang siswi kelas 5 di SDN 2 Ketanon, Kedungwaru. Kondisi ini menunjukkan bahwa DBD masih menjadi ancaman serius bagi masyarakat Tulungagung, terutama bagi anak-anak yang rentan terhadap penyakit ini.
Lonjakan Kasus Dibanding Tahun-Tahun Sebelumnya
Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, angka kematian akibat DBD di Tulungagung mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2023, tercatat 206 kasus dengan tiga korban meninggal dunia.
Sementara itu, pada tahun 2024, kasus melonjak drastis menjadi 1.440 dengan 17 kematian. Memasuki awal tahun 2025, hanya dalam dua bulan pertama, telah ada 198 kasus dengan empat korban meninggal dunia.
Jika tren ini terus berlanjut, angka kematian akibat DBD berpotensi meningkat lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal ini menjadi perhatian serius bagi pihak berwenang untuk segera mengambil tindakan pencegahan yang lebih efektif.
Upaya Pencegahan dan Penanggulangan DBD
Dinas Kesehatan Tulungagung terus berupaya mengendalikan penyebaran DBD melalui berbagai langkah strategis. Salah satu langkah yang diambil adalah melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) untuk mengidentifikasi sumber penularan.
Dari hasil PE di sekolah dan tempat tinggal korban di Ketanon, ditemukan adanya jentik nyamuk sebagai sumber penularan, sehingga dilakukan fogging atau pengasapan di area tersebut.
Namun, fogging bukanlah solusi utama dalam mengatasi DBD. Metode paling efektif untuk mencegah penyebaran DBD adalah melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan menerapkan gerakan 3M, yaitu menutup, menguras, dan mendaur ulang barang yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.
Selain itu, penggunaan anti nyamuk juga sangat disarankan untuk mencegah gigitan nyamuk Aedes aegypti yang menjadi penyebab utama DBD.
Peran Masyarakat dalam Menekan Kasus DBD
Mengingat peningkatan jumlah kasus dan kematian akibat DBD, Dinas Kesehatan Tulungagung mengajak masyarakat untuk aktif dalam upaya pencegahan. Para pemangku kebijakan di tingkat desa diminta untuk menggerakkan warga dalam melaksanakan PSN massal.
Langkah ini didukung oleh surat edaran yang telah dikeluarkan oleh Sekda Tulungagung.
Pengalaman sebelumnya menunjukkan bahwa gerakan PSN massal terbukti efektif dalam menekan penyebaran DBD. Sebelum Lebaran tahun lalu, PSN massal berhasil menurunkan kasus DBD hingga 75 persen.
Oleh karena itu, kerja sama antara pemerintah dan masyarakat sangat diperlukan untuk memastikan upaya pencegahan berjalan maksimal.
Kasus DBD di Tulungagung masih menjadi ancaman serius, terutama bagi anak-anak. Lonjakan kasus dan angka kematian yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa upaya pencegahan harus diperkuat.
Fogging memang menjadi langkah darurat, tetapi pemberantasan sarang nyamuk melalui PSN dan gerakan 3M tetap menjadi metode paling efektif.
Masyarakat diharapkan lebih waspada dan aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan untuk menghindari berkembangnya jentik nyamuk.
Dengan kerja sama antara pemerintah, pemangku kebijakan, dan warga, diharapkan kasus DBD di Tulungagung dapat ditekan secara signifikan.(Kabarjawa)