Kabarjawa – Keberadaan satwa langka di alam liar selalu menjadi sorotan penting dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati. Salah satu fokus utama saat ini adalah upaya Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) dalam meneliti populasi Macan Tutul Jawa. Satwa yang kian sulit ditemukan ini menjadi prioritas penelitian, mengingat statusnya sebagai hewan dilindungi. Melalui kamera trap, data menarik tentang Macan Tutul Jawa dan Macan Kumbang mulai terungkap. Simak lebih lanjut fakta dan hasil analisis awal yang dilakukan di kawasan ini.
Pemasangan Kamera Trap untuk Memantau Satwa Langka
Sejak akhir Desember 2024, BB TNBTS telah memasang 40 kamera trap di area seluas 2×2 kilometer untuk meneliti populasi Macan Tutul Jawa.
Satwa ini ditetapkan sebagai spesies langka dan dilindungi berdasarkan UU No. 134 Tahun 1931 tentang Perlindungan Binatang Liar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan dan populasi Macan Tutul Jawa yang semakin jarang ditemukan.
Hasil Awal: Dominasi Macan Kumbang
Dari rekaman yang diperoleh, tim menemukan banyaknya kemunculan Macan Kumbang di kawasan tersebut. Macan Kumbang, yang merupakan variasi gelap dari Macan Tutul, memiliki ciri khas bulu hitam pekat tanpa pola terlihat.
Kepala BB TNBTS, Rudijanta Tjahja Nugraha, menjelaskan bahwa analisis lebih lanjut diperlukan untuk memastikan perbedaan individu dan identifikasi jenis satwa yang terekam.
Pendekatan Teknologi untuk Analisis Populasi
Penelitian ini melibatkan pendekatan teknologi dengan menggunakan aplikasi khusus yang dapat menganalisis pola tubuh dan perbedaan individu.
Sejak pemasangan kamera pada 2015 hingga 2024, estimasi kasar menyebutkan terdapat 24 individu Macan Tutul Jawa di wilayah ini.
Namun, penelitian mendalam akan memastikan validitas data tersebut. Peneliti juga berupaya mengungkap hubungan antarindividu, seperti indukan dan anaknya, berdasarkan pola hidup dan perilaku yang tertangkap kamera.
Keberadaan Macan Tutul di Jalur Malang-Lumajang
Wilayah kemunculan Macan Tutul Jawa sering ditemukan di jalur antara Malang dan Lumajang. Meski Macan Tutul cenderung menghindari perjumpaan dengan manusia, BB TNBTS telah memasang peringatan untuk menghindari kecelakaan dengan satwa yang melintas.
Kepala Bidang Teknis BB TNBTS, Seno Pramudita, menegaskan bahwa Macan Tutul lebih memilih untuk menjauh dari manusia karena perbedaan postur tubuh. Ini menjadi alasan utama minimnya laporan perjumpaan langsung di kawasan hutan TNBTS.
Penelitian keberadaan Macan Tutul Jawa dan Macan Kumbang di TNBTS menjadi langkah penting dalam pelestarian satwa langka ini. Melalui teknologi dan pendekatan ilmiah, para peneliti berharap dapat memberikan data akurat terkait populasi dan distribusi satwa di kawasan ini. Keberadaan mereka tidak hanya menjadi penanda keanekaragaman hayati, tetapi juga indikator kesehatan ekosistem. Langkah perlindungan lebih lanjut diperlukan agar satwa ini tetap lestari dan tidak punah.(Kabarjawa)