Kabarjawa – Gunung Semeru, gunung tertinggi di Pulau Jawa yang terletak di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, kembali menunjukkan aktivitas vulkaniknya. Gunung Semeru Alami 7 Kali erupsi yang terjadi pada Rabu, 22 Januari 2025, menjadi perhatian khusus karena intensitas dan dampaknya.
Laporan dari Pos Pemantauan Gunung Api (PPGA) Semeru mengungkapkan bahwa aktivitas vulkanik ini perlu diwaspadai, terutama oleh masyarakat yang berada di kawasan rawan bencana.
Detail Aktivitas Erupsi Gunung Semeru
Seismograf Catat 7 Kali Erupsi Sejak Tengah Malam
Dalam 24 jam terakhir, Gunung Semeru tercatat mengalami tujuh kali erupsi. Erupsi pertama terjadi pada pukul 00.01 WIB dengan amplitudo 22 milimeter dan durasi 132 detik.
Sayangnya, kondisi kabut tebal di sekitar gunung menghalangi visualisasi aktivitas tersebut. Erupsi berikutnya terjadi pada pukul 00.54 WIB, namun juga tidak dapat diamati secara visual.
Pada pukul 03.04 dan 04.53 WIB, seismograf kembali mencatat aktivitas serupa, masing-masing dengan amplitudo 22 milimeter dan durasi 142 detik.
Aktivitas lebih signifikan terpantau pada pukul 10.02 WIB dan 10.20 WIB, di mana kolom abu terlihat menjulang setinggi 500 hingga 800 meter di atas puncak kawah.
Erupsi terakhir terjadi pada pukul 13.43 WIB, tetapi kondisi kabut kembali menghalangi pengamatan visual.
75 Letusan dalam 24 Jam Sebelumnya
Menurut laporan PPGA, aktivitas vulkanik Gunung Semeru terus berlangsung dengan intensitas tinggi. Pada hari sebelumnya, tercatat sebanyak 75 letusan dari pukul 00.00 hingga 24.00 WIB.
Data ini menandakan peningkatan signifikan aktivitas vulkanik yang perlu diantisipasi oleh masyarakat dan pemerintah daerah.
Status Gunung Semeru: Level II (Waspada)
Saat ini, status aktivitas Gunung Semeru berada pada Level II atau Waspada. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang, Yudhi Cahyono, mengimbau warga untuk meningkatkan kewaspadaan.
Khususnya di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan, masyarakat dilarang beraktivitas dalam radius 8 kilometer dari puncak.
Selain itu, kawasan sejauh 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan juga harus dihindari karena potensi perluasan awan panas dan aliran lahar hingga 13 kilometer.
Imbauan dan Langkah Antisipasi
Yudhi menekankan pentingnya pengawasan yang lebih ketat, terutama mengingat curah hujan lebat yang sering mengguyur kawasan Gunung Semeru.
Hujan deras dapat memicu banjir lahar yang membahayakan. Selain itu, masyarakat diminta untuk selalu waspada terhadap potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan aliran lahar di sepanjang sungai yang berhulu di puncak gunung.
Aktivitas Gunung Semeru yang meningkat menjadi pengingat akan potensi bahaya alam yang perlu diantisipasi bersama.
Dengan status waspada yang masih berlaku, masyarakat di sekitar kawasan gunung harus mematuhi imbauan dari pihak berwenang demi keselamatan.
Kolaborasi antara pemerintah daerah, relawan, dan masyarakat sangat penting untuk meminimalkan dampak dari aktivitas vulkanik ini.(Kabarjawa)