
Kabarjawa – Dalam tradisi Jawa, weton atau hari kelahiran memiliki peran penting dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pernikahan.
Weton dipercaya dapat menentukan kecocokan jodoh berdasarkan hitungan neptu. Neptu sendiri adalah hasil penjumlahan nilai hari dan pasaran dalam kalender Jawa, yang menjadi dasar dalam melihat harmonisasi antara dua individu.
Artikel ini akan membahas weton yang diyakini tidak boleh menikah karena dapat membawa ketidakharmonisan atau masalah besar dalam kehidupan rumah tangga menurut tradisi Jawa.
Apa Itu Weton dalam Tradisi Jawa?
Weton adalah kombinasi antara hari dan pasaran kelahiran seseorang dalam penanggalan Jawa. Hari terdiri dari tujuh hari dalam seminggu (Senin hingga Minggu), sementara pasaran terdiri dari lima siklus harian (Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon).
Setiap kombinasi hari dan pasaran memiliki nilai neptu tertentu, misalnya:
- Senin Legi: 5 (Senin) + 5 (Legi) = 10
- Rabu Pahing: 7 (Rabu) + 9 (Pahing) = 16
Neptu inilah yang menjadi dasar dalam hitungan kecocokan jodoh.
Hitungan Weton dan Kecocokan Pernikahan
Dalam tradisi Jawa, kecocokan pasangan ditentukan dengan menghitung jumlah neptu kedua calon mempelai.
Jika hasil perhitungan menunjukkan angka tertentu yang dianggap kurang baik, maka pasangan tersebut dianjurkan untuk tidak menikah.
Berikut adalah beberapa kombinasi weton yang diyakini tidak boleh menikah:
1. Weton dengan Total Neptu 25
Pasangan yang jumlah neptunya mencapai 25 dianggap tidak baik karena dipercaya akan menghadapi berbagai kesulitan dalam rumah tangga.
Masalah seperti ekonomi yang sulit, seringnya perselisihan, atau ketidakcocokan karakter bisa muncul.
2. Weton dengan Total Neptu 15
Neptu ini sering dikaitkan dengan keberadaan “Sumur Sinaba,” yang dalam kepercayaan Jawa berarti rumah tangga cenderung mengalami kesedihan atau penderitaan.
3. Kombinasi Weton yang Berpotensi Membawa “Pati”
Beberapa hitungan weton tertentu dianggap dapat membawa malapetaka berupa “pati” atau kematian dini bagi salah satu pasangan. Contoh kombinasi ini adalah pasangan yang memiliki neptu dengan perbedaan nilai yang terlalu besar.
Pentingnya Konsultasi dalam Tradisi Jawa
Untuk memastikan kecocokan weton, masyarakat Jawa biasanya berkonsultasi dengan orang tua, sesepuh, atau ahli hitung weton.
Mereka akan menghitung neptu dan memberikan arahan apakah pasangan tersebut cocok untuk menikah atau tidak.
Jika ditemukan bahwa pasangan tidak cocok, alternatif seperti ritual ruwatan atau doa khusus dapat dilakukan untuk menghilangkan pengaruh buruk.
Pandangan Modern tentang Weton
Meskipun banyak orang Jawa yang masih mempercayai hitungan weton, sebagian besar generasi muda kini melihatnya sebagai bagian dari tradisi budaya tanpa sepenuhnya menjadikannya acuan utama.
Keputusan untuk menikah lebih banyak didasarkan pada cinta, kesesuaian visi, dan kesiapan mental serta finansial.
Namun, menghormati tradisi weton tetap menjadi bentuk penghargaan terhadap warisan leluhur, sehingga banyak pasangan yang tetap mempertimbangkannya sebagai bagian dari proses pernikahan.
Hitungan weton dalam tradisi Jawa adalah salah satu bentuk kearifan lokal yang bertujuan untuk menciptakan keharmonisan dalam rumah tangga.
Weton yang dianggap tidak cocok untuk menikah, seperti yang menghasilkan neptu tertentu, diyakini dapat membawa tantangan dalam hubungan.
Meski begitu, penting untuk menyelaraskan tradisi ini dengan pendekatan modern, seperti komunikasi yang baik, pemahaman, dan komitmen dalam membangun hubungan.
Dengan begitu, tradisi weton tetap bisa dihormati tanpa mengabaikan aspek-aspek penting dalam kehidupan pernikahan masa kini.
***