
KABAR JAWA – Baru-baru ini, muncul istilah Cancel Culture yang disebut-sebut di media sosial (medsos), dan dikaitkan dengan film A Business Proposal.
Namun, alih-alih mendapatkan sambutan meriah, nasib film adaptasi webtoon Korea Selatan justru tidak begitu baik sejak hari pertama penayangannya.
Jumlah penontonnya jauh di bawah ekspektasi, banyak ulasan negatif serta rating yang diperoleh sangatlah rendah.
Banyak pihak menduga bahwa boikot massal akan film ini dipicu oleh pernyataan kontroversial yang dilontarkan oleh pemeran utamanya, Abidzar Al-Ghifari.
Hal ini membuat publik bertanya-tanya, apakah film ini benar-benar menjadi korban Cancel Culture? Sebelum membahas lebih lanjut, mari pahami lebih dalam mengenai istilah yang sedang ramai diperbincangkan ini.
Apa Itu Cancel Culture?
Cancel Culture adalah fenomena di mana seseorang atau suatu produk diboikot oleh masyarakat.
Aksi ini merupakan imbas dari tindakan atau pernyataan yang dianggap tidak pantas.
Berdasarkan Cambridge Dictionary, Cancel Culture adalah praktik sosial di mana dukungan terhadap seseorang atau sesuatu dihentikan karena adanya tindakan atau ucapan yang menyinggung.
Dalam dunia hiburan, fenomena ini bukan hal baru. Banyak artis, selebritas, hingga film dan acara televisi yang terkena dampaknya.
Nah, di kasus film A Business Proposal, banyak penonton kecewa dengan pernyataan Abidzar Al-Ghifari dan akhirnya memilih untuk tidak menonton film tersebut sebagai bentuk protes.
Akibatnya, performa film di pasaran pun mengalami pukulan telak.
Dugaan Dampak Cancel Culture terhadap Film A Business Proposal
Sejak resmi tayang di bioskop, A Business Proposal mengalami kesulitan besar dalam menarik perhatian penonton.
Berdasarkan data dari Cinepoint, awalnya film ini dijadwalkan tayang di 1.270 layar bioskop di seluruh Indonesia.
Sayangnya, jumlah tiket yang terjual tidak sebanding dengan jumlah layar yang disediakan.
Pada hari-hari pertama, film ini hanya mampu menarik 6.900 penonton, dengan tingkat keterisian bioskop yang sangat rendah, bahkan tidak mencapai 4 persen.
Tidak hanya itu, rating di situs IMDb juga mencerminkan reaksi negatif yang diterima film ini.
Hingga artikel ini ditayangkan, dari lebih dari 5.000 suara, film ini hanya mendapatkan skor 1.1/10.
Hal ini kemudian menjadikannya salah satu film dengan rating terendah.
Apalagi, mayoritas ulasan mengkritik berbagai aspek film, mulai dari kualitas akting yang kurang memuaskan, chemistry antarpemain yang lemah, hingga humor yang dianggap terlalu dipaksakan.
Semua ini semakin memperkuat dugaan bahwa film ini mengalami dampak dari boikot yang dipicu oleh pernyataan kontroversial sang aktor utama.
Kontroversi yang Memicu Gelombang Boikot
Sebagai film yang diadaptasi dari webtoon populer, A Business Proposal awalnya memiliki daya tarik yang cukup besar bagi para penggemar cerita aslinya.
Namun, kontroversi mulai mencuat bahkan sebelum film ini tayang.
Salah satu faktor utama yang memicu reaksi negatif adalah pernyataan Abidzar Al-Ghifari dalam sebuah wawancara promosi.
Ia secara terbuka mengakui bahwa dirinya tidak menonton full season versi drama Korea maupun membaca webtoon yang menjadi sumber cerita film ini.
Dia juga menyatakan bahwa dirinya tidak ingin terpengaruh oleh versi aslinya dan lebih memilih membentuk karakter sesuai interpretasinya sendiri.
Pernyataan ini langsung mendapat respons keras dari penggemar webtoon dan drama A Business Proposal.
Banyak dari mereka menilai bahwa Abidzar kurang menghormati sumber asli cerita serta tidak memiliki pemahaman mendalam terhadap karakter yang ia perankan.
Situasi semakin panas ketika Abidzar menanggapi kritik dari penggemar drama Korea dengan pernyataan yang dianggap kurang bijaksana.
Dalam sebuah kesempatan, ia menyatakan bahwa orang-orang yang tidak suka dengan film ini tidak perlu menontonnya.
Komentar ini justru semakin memperburuk keadaan, karena dianggap sebagai bentuk pengabaian akan pendapat audience.
Akibat dari berbagai pernyataan tersebut, muncul gerakan boikot massal terhadap film A Business Proposal.
Banyak yang memilih untuk tidak nonton film ini sebagai bentuk protes terhadap sikap sang aktor utama.
Fenomena inilah yang semakin memperkuat anggapan bahwa Business Proposal menjadi salah satu korban dari Cancel Culture.
Klarifikasi dan Respons dari Pihak Produksi
Karana respons negatifnya semakin meluas, Abidzar Al-Ghifari akhirnya memberikan klarifikasi lewat akun Instagram pribadinya.
Dalam postingannya, ia mengaku menyesal atas perkataan yang sebelumnya ia lontarkan.
Dia juga mengakui bahwa pernyataannya telah menyinggung banyak orang serta berjanji untuk lebih berhati-hati dalam berbicara di kemudian hari.
Di sisi lain, pihak produksi, Falcon Pictures, juga merilis pernyataan resmi.
Mereka menegaskan bahwa proses adaptasi film telah dilakukan dengan penuh kehati-hatian atau pertimbangan.
Falcon Pictures juga mengungkap bahwa film tersebut merupakan hasil kerja keras dari lebih dari 100 orang kru beserta 20 seniman yang memberikan usaha terbaiknya untuk membuat film ini. ***