Jilu: Mitos Anak Pertama Tidak Boleh Menikah dengan Anak Ketiga dalam Tradisi Jawa

Bagikan :
Ilustrasi Jilu, mitos larangan pernikahan di mana anak pertama dilarang menikah dengan anak ketiga/Unsplash

Kabarjawa – Dalam budaya Jawa, terdapat banyak kepercayaan dan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun.

Salah satu mitos yang cukup dikenal adalah larangan pernikahan antara anak pertama dan anak ketiga. Kepercayaan ini sering disebut sebagai mitos “Weton Jodo” atau aturan perjodohan berdasarkan urutan kelahiran.

Meskipun tidak memiliki dasar ilmiah, kepercayaan ini tetap menjadi perhatian bagi sebagian masyarakat Jawa hingga saat ini.

Asal-Usul Mitos Anak Pertama dan Anak Ketiga

Mitos ini berakar pada kepercayaan masyarakat Jawa tentang keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan rumah tangga.

Dalam tradisi Jawa, harmoni dianggap sebagai kunci utama kebahagiaan dan keberlangsungan sebuah keluarga.

Anak pertama, yang sering dipandang sebagai pemimpin dan pembawa tanggung jawab besar, dianggap memiliki karakter yang tegas dan dominan.

Di sisi lain, anak ketiga diyakini memiliki sifat yang cenderung mandiri tetapi lebih santai dan tidak terlalu terikat dengan aturan.

Keyakinan ini mengarah pada anggapan bahwa hubungan antara anak pertama dan anak ketiga bisa menimbulkan konflik karena perbedaan karakter yang signifikan.

Baca juga  Kenapa di Tempat Angker Harus Bunyikan Klakson? Ini 7 Mitos Bepergian yang Masih Banyak Dipercaya

Oleh karena itu, banyak orang tua zaman dahulu yang menghindari perjodohan antara kedua urutan kelahiran ini.

Makna Spiritual dalam Kepercayaan Jawa

Dalam ajaran spiritual Jawa, dikenal istilah “neptu” atau perhitungan weton (hari lahir dalam penanggalan Jawa).

Perhitungan ini sering digunakan untuk mencocokkan pasangan sebelum menikah. Jika perhitungan neptu antara anak pertama dan anak ketiga dianggap tidak sesuai, maka hubungan mereka dipercaya bisa membawa “sial” atau ketidakberuntungan dalam rumah tangga.

Mitos ini juga mencerminkan kepercayaan masyarakat Jawa terhadap harmoni alam semesta. Pernikahan yang tidak sesuai dipercaya dapat mengganggu keseimbangan, baik dalam keluarga maupun dalam kehidupan sosial.

Pandangan Modern tentang Mitos Ini

Seiring perkembangan zaman, banyak generasi muda yang mulai mempertanyakan relevansi mitos ini.

Beberapa dari mereka memilih untuk tidak mempercayai mitos tersebut dan lebih mengedepankan rasa cinta, komunikasi, serta kecocokan antar pasangan.

Para psikolog modern juga menekankan bahwa keberhasilan rumah tangga lebih bergantung pada kemampuan pasangan untuk saling memahami dan bekerja sama, bukan pada urutan kelahiran.

Baca juga  Malam 1 Suro: Mitos, Pantangan, dan Tradisi dalam Kepercayaan Masyarakat Jawa

Namun, bagi sebagian masyarakat Jawa, mitos ini tetap dijunjung tinggi sebagai bentuk penghormatan terhadap adat istiadat dan tradisi leluhur.

Cara Menyikapi Mitos dalam Tradisi Jawa

Bagi pasangan yang terpengaruh oleh mitos ini, ada beberapa cara untuk menyikapinya:

  1. Berkonsultasi dengan Sesepuh: Banyak keluarga yang memilih berdiskusi dengan orang tua atau sesepuh adat untuk mendapatkan solusi terbaik.
  2. Ruwatan atau Ritual Tradisional: Dalam tradisi Jawa, ada upacara ruwatan yang dilakukan untuk “menetralkan” energi negatif atau ketidakharmonisan yang diyakini berasal dari weton.
  3. Kompromi dengan Nilai Modern: Pasangan bisa mengedepankan nilai-nilai logis dan modern, seperti komunikasi yang baik dan saling pengertian, tanpa mengesampingkan tradisi.

Mitos tentang larangan pernikahan antara anak pertama dan anak ketiga dalam tradisi Jawa adalah bagian dari kekayaan budaya yang sarat dengan makna spiritual dan filosofi kehidupan.

Meskipun tidak memiliki dasar ilmiah, kepercayaan ini tetap dihormati oleh sebagian masyarakat sebagai bentuk penghargaan terhadap adat istiadat.

Namun, penting bagi generasi masa kini untuk menyikapi mitos ini secara bijak, mengedepankan logika, dan tetap menjaga hubungan yang harmonis dalam keluarga.

Baca juga  Jangan Bersiul di Malam Hari, Mitos atau Fakta?

Kombinasi antara nilai-nilai modern dan penghormatan terhadap tradisi dapat menjadi solusi yang bijak untuk menjalani kehidupan yang lebih baik.

***

Berita Terbaru

Mulai Cair 2 Juni, Ini Ketentuan Pencairan Gaji ke-13 Pensiunan PNS
Potret Tahu Susu Bakso jadi kuliner unik di Jogja (Sumber foto: Tokopedia)
Mau Makan Tahu yang Nggak Biasa? Coba Tahu Susu Bakso Alias Tasuba dari Jogja
1247792
Daftar Sekolah Kedinasan yang Ada Ikatan Dinas, Bisa Langsung Kerja di Pemerintahan
Potret Oseng Mercon yang jadi kuliner Jogja bagi pecinta pedas (Sumber foto: segari
Mengulik Lezat dan Pedasnya Oseng Mercon, Si Pedas dari Jogja yang Selalu Jadi Favorit para Pecinta Kuliner
Potret Keripik Belut jadi kuliner unik di Jogja yang lezat (Sumber foto: jogjaindotrans
Cemilan Anti Mainstream dari Jogja, Keripik Belut yang Tidak Amis Tapi Bikin Nagih

Terpopuler

1996577210
Pemerintah Akan Buka Rekrutmen PPPK 2025 Jalur Umum? Cek Faktanya Berikut
Anomali Viral Tralalero Tralala
Ini Arti Tralalero Tralala, Anomali Viral Brainrot di TikTok Ramai Jadi Omongan
Nama-nama Anomali Italian Brainrot
Daftar Nama Anomali Italian Brainrot, Viral: Ada Brr Brr Patapim, Bombombini Gusini, Capuccino Assassino, dll
Anomali Paling Kuat Viral
Ini Arti Bombardino Crocodilo, Anomali Italian Brainrot yang Lagi Viral di Indonesia
Cara Buat Foto Video AI Brainrot
Cara Membuat Anomali Brainrot Foto & Video AI yang Lagi Viral